Lho? Kok Hanya Sedikit Fans yang Ingin Melihat Esport di Olimpiade?

Sebuah studi mengatakan bahwa hanya 28 persen penggemar esport di seluruh dunia yang berharap esport harus menjadi olahraga yang ada di Olimpiade! Wah kok sedikit ya?
Studi yang dilakukan oleh website Nielsen dengan judul “The Esports Playbook: Maximizing Investment Through Understanding The Fans” mengungkapkan beberapa fakta menarik tentang penggemar esport melalui sebuah survei!
Studi tentang esport memang merupakan yang pertama kalinya bagi Nielsen dan mereka berusaha menggali lebih jauh tentang perilaku penggemar esport.
Studi tersebut menyurvei 1.000 penggemar esport di negara Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman. Umur dari penggemar esport tersebut antara usia 13 hingga 40 tahun.

Nielsen kabarnya juga akan menambah jumlah responden di negara seperti Korea Selatan, Cina, dan Jepang sebelum akhir tahun 2017.
Laporan tersebut juga berbicara tentang kemungkinan esport menjadi bagian dari olahraga di Olimpiade.
Berita tentang esport dan olahraga di Olimpiade memang sempat viral beberapa waktu yang lalu, walaupun hasil studi menunjukkan hanya 28 persen saja yang setuju dengan hal tersebut!
Seperti yang bisa kamu lihat di bawah, hasil survei dari 4 negara mengatakan sebanyak 28 persen penggemar esport beranggapan bahwa seharusnya esport masuk ke dalam cabang olahraga di Olimpiade.

Sedangkan 41 persen penggemar menginginkan esport masuk dalam kurikulum di perguruan tinggi atau universitas.
Untuk penggemar yang mempromosikan esport sebagai sebuah olahraga yang sesungguhnya sebanyak 53 persen, dan 71 persen penggemar percaya bahwa esport akan menjadi kegiatan mainstream dalam waktu dekat.

Awal bulan Agustus lalu santer terdengar kabar bahwa esport akan menjadi bagian dari Olimpiade 2024 di Paris. Namun, Presiden Komite Olimpiade Internasional, Thomas Bach, menampik kabar tersebut dan menganggapnya masih terlalu dini membawa esport ke Olimpiade.
“Kami ingin mempromosikan suatu kegiatan yang bebas dari unsur diskriminasi, kekerasan, dan harus membawa perdamaian di antara orang-orang,” kata Bach. “Ini tidak sesuai dengan video game yang berisi konten kekerasan dan pembunuhan.”
Jika memang esport di Olimpiade tidak boleh mengandung unsur kekerasan, maka sudah dipastikan judul game esport seperti Dota 2, Overwatch, CS:GO, League of Legends dipastikan absen di Olimpiade.
Jadi apa dong game yang boleh dikompetisikan di Olimpiade? Menurut Bach, game yang menyerupai olahraga yang dimainkan dalam kehidupan nyata, seperti sepak bola atau basket yang bisa dimasukkan ke cabang olahraga Olimpiade.
Well, sepertinya ini sebuah kabar gembira bagi gamer PES, FIFA dan game bergenre olahraga lainnya ya?
Diedit oleh Audi E. Prasetyo