Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

7 Game FPS Legendaris yang Membuat Genre Tersebut Booming!

game fps legendaris (store.steampowered.com).jpg
game fps legendaris (store.steampowered.com)
Intinya sih...
  • Wolfenstein 3D (1992) adalah nenek moyang FPS modern dengan perspektif pseudo-3D, tempo cepat, dan level editor yang memungkinkan modding.
  • Doom (1993) membawa revolusi dengan dunia dark, multiplayer deathmatch via LAN, engine ringan, dan kontroversi atas kebrutalannya.
  • Quake (1996) menghadirkan model karakter dan environment polygonal 3D murni, mode multiplayer yang menjadi cikal bakal arena shooter, serta atmosfer kelam inspirasi Lovecraftian.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sebenarnya, dari mana semua game first-person shooter (FPS) legendaris seperti Call of Duty, Battlefield, atau Valorant berakar? Sebelum dunia mengenal istilah esports dan battle royale, sudah ada beberapa pionir yang membentuk pondasi dari apa yang kini kita sebut sebagai salah satu genre paling adiktif di sepanjang sejarah game.

Genre FPS tidak lahir dalam semalam, melainkan tumbuh dari berbagai eksperimen teknis, keberanian developer untuk mencoba hal baru, dan dari semangat para gamer yang haus akan tantangan.

Sekarang, kami akan mengajakmu menyusuri waktu untuk menelusuri 7 game FPS legendaris yang benar-benar membuat genre ini meledak ke permukaan industri game.

1. Wolfenstein 3D (1992)

game fps legendaris (uk.gamesplanet.com).jpg
Wolfenstein 3D (uk.gamesplanet.com)

Jika kita berbicara soal asal mula genre first person shooter, nama Wolfenstein 3D wajib sekali untuk disebut. Game garapan id Software ini bisa dibilang sebagai nenek moyang dari semua FPS modern.

Di tahun 1992, ketika mayoritas game masih 2D, Wolfenstein 3D hadir dengan perspektif seolah-olah kamu sendiri yang berada di dalam ruangannya. Inovasi pseudo-3D-nya saat itu terasa revolusioner dan untuk pertama kalinya kita dapat melihat dunia gamenya dari sudut pandang si karakter, bukan kamera dari luar.

Ditambah, Wolfenstein 3D punya sesuatu yang bahkan game modern masih kagumi , yaitu sensasi tempo cepat dan suara jeritan musuh yang ikonik setiap kali peluru mengenai sasaran. Brutal, tapi memuaskan.

Game ini juga menjadi pembuka jalan bagi budaya modding. Level editor-nya memungkinkan player untuk membuat versi mereka sendiri, yang kemudian melahirkan komunitas kreatif di PC gaming awal.

2. Doom (1993)

game fps legendaris (thexboxhub.com).jpg
Doom (thexboxhub.com)

Tidak ada kata lain selain revolusioner untuk menggambarkan franchise Doom. Setelah Wolfenstein 3D memperkenalkan dasar FPS, id Software kembali membuat gebrakan besar yang mengguncang industri.

Game ini punya dunia yang dark, musik metal intens, dan gerombolan iblis dari neraka yang menunggu di setiap sudutnya. Semua itu disajikan dalam kecepatan super tinggi yang memacu adrenalin. Inilah titik di mana FPS berubah dari yang cuma eksperimen 3D menjadi sebuah game yang dipenuhi unsur action.

Namun hal paling mengguncang datang dari satu fitur sederhana bernama deathmatch multiplayer via LAN. Sebelum keberadaan internet cepat dan server online, Doom sudah memungkinkan pemain bertarung satu sama lain melalui jaringan lokal. Dari sini, lahir istilah “frag” dan cikal bakal esports FPS modern.

Secara teknis, Doom juga luar biasa. Engine-nya ringan, cepat, dan mudah dimodifikasi. Hal tersebut pula menjadi alasan kuat mengapa komunitas modding Doom masih hidup sampai sekarang, bahkan ada ribuan versi WADs yang dibuat oleh pemain.

Dibalik seemua keseruan itu, Doom juga sempat memicu kontroversi besar. Game tersebut dituduh terlalu brutal dan “iblis banget” karena mengandung darah, pentagram, dan suara monster yang mengerikan.

Secara naratif, kisahnya sederhana namun efektif, kamu adalah seorang space marine yang dikirim ke Mars dan mendapati eksperimen teleportasi membuka gerbang ke neraka. Dari sana, satu-satunya cara untuk keluar hanyalah melalui lautan darah dan tumpukan mayat iblis.

3. Quake (1996)

game fps legendaris (gog.com).jpg
Quake (gog.com)

Untuk pertama kalinya, semua model karakter dan environment game dirancang dengan polygonal 3D murni, bukan sprite 2D seperti pendahulunya. Gerakan pun jadi terasa mulus, lingkungan yang bisa dieksplor dari berbagai sudut, dan sensasi aksi yang terasa seperti film laga interaktif.

Sebenarnya game ini bukan hanya menarik secara visual. Quake sendiri bahkan sukses memecahkan batasan multiplayer dengan menghadirkan sensasi pertempuran cepat dan intens yang kemudian menjadi cikal bakal arena shooter.

Mode seperti capture the flag dan team deathmatch menjadi dasar dari strategi kompetitif yang masih digunakan hingga sekarang.

Kamu mungkin pernah mendengar istilah QuakeCon. Nah, itulah salah satu warisan terbesar dari game ini, event LAN party raksasa yang mempertemukan ribuan pemain di satu tempat untuk bertanding, bersosialisasi, dan merayakan kecintaannya terhadap FPS.

Secara atmosfer, Quake menawarkan dunia kelam yang terinspirasi mitologi Lovecraftian. Pemain berperan sebagai Ranger yang harus menghadapi makhluk mengerikan ciptaan dewa kuno Shub-Niggurath.  Tak kalah penting, Quake Engine menjadi pondasi bagi banyak game setelahnya.

4. GoldenEye 007 (1997)

game fps legendaris (teckknow.com).jpg
GoldenEye 007 (teckknow.com)

Siapa bilang game FPS hanya bisa berjaya di PC? Di akhir dekade 90-an, GoldenEye 007 datang seperti peluru emas yang menembus batasan platform. Game besutan Rare untuk konsol Nintendo 64 ini membuktikan bahwa genre shooter juga bisa sukses besar di konsol.

Yang membuatnya begitu fenomenal adalah kemampuannya menggabungkan aksi spionase ala-ala James Bond dengan gameplay FPS yang mendebarkan.

Jadi kita tidak hanya menembak musuh secara membabi buta, GoldenEye 007 benar-benar memaksa kita untuk berpikir, menyelinap, dan menggunakan gadget bak seorang agen rahasia.

Satu hal yang benar-benar membuatnya meledak adalah multiplayer split-screen 4-player yang disematkan. Mode deathmatch-nya juga tak kalah legendaris. Kombinasi senjata seperti Golden Gun (yang bisa membunuh dengan satu peluru) membuat setiap pertandingan terasa tegang sekaligus lucu.

Terlepas dari kesederhanaan gameplay-nya, GoldenEye 007 punya kedalaman yang tak banyak orang duga-duga. Aiming menggunakan analog stick di kontroler N64 menjadi tonggak penting dalam evolusi desain kontrol FPS konsol, tanpa itu, mungkin Halo tak akan punya feel seperti yang kita kenal sekarang.

Secara komersial, game ini laku keras. Tercatat ada lebih dari 8 juta kopi yang terjual, perlu dicatat, angka ini sangat besar pada masanya. Bahkan, GoldenEye 007 meraih penghargaan BAFTA atas desain inovatifnya.

5. Half-Life (1998)

game fps legendaris (inverse.com).jpg
Half-Life (inverse.com)

Ada game yang seru karena gameplay-nya, ada juga yang dikenang karena ceritanya. Tapi Half-Life berhasil menggabungkan keduanya dengan sempurna.

Rilis pada tahun 1998 oleh Valve, Half-Life menjadi definisi baru dari storytelling interaktif yang membuat pemain merasa benar-benar menjadi bagian dari dunia yang mereka jelajahi.

Sebelumnya, sebagian besar FPS masih mengandalkan cutscene untuk menyampaikan cerita. Tapi Half-Life meniadakan elemen cutscene tersebut. Semua narasi disampaikan lewat aksi, dialog lingkungan, dan perspektif pemain secara langsung.

Selain dari segi narasi, Half-Life juga dikenal karena AI musuhnya yang cerdas serta reaktif. Musuh tidak hanya berdiri diam menunggu ditembak, namun bersembunyi, mengapit, dan menyerang secara tak terduga.

Namun, warisan terbesarnya justru datang dari komunitas. Half-Life membuka pintu bagi modder untuk bereksperimen, dan dari sanalah lahir Counter-Strike, mod sederhana yang kemudian tumbuh menjadi franchise miliaran dolar dan raksasa esports dunia.

Secara teknologi, Half-Life dibangun dengan GoldSrc Engine, yang menjadi ladang subur bagi kreativitas. Banyak mod terkenal mulai dari Day of Defeat hingga Sven Co-op berakar dari sini. Dan dari segi penghargaan, Tak tanggung-tanggung, ada lebih dari 50 Game of the Year Awards berhasil disabetnya.

6. Unreal Tournament (1999)

game fps legendaris (news.instant-gaming.com).jpg
Unreal Tournament (news.instant-gaming.com)

Di akhir dekade 90-an, ketika FPS mulai menjelma menjadi arena kompetitif, Epic Games masuk ke medan perang dengan misi untuk membawa pertarungan cepat, intens, dan bergengsi ke level baru.

Berbeda dari kebanyakan FPS lain yang fokus pada solo campaign, Unreal Tournament justru merayakan multiplayer sebagai core gamenya. Bahkan mode single-player-nya hanya dijadikan sebagai ajang “latihan” melawan bot AI yang sangat cerdas, dan itu pun sudah terasa menantang.

Arena di game ini dibuat lebih tertutup dan ada berbagai macam senjata absurd seperti Redeemer (peluncur misil nuklir mini) yang membuat setiap pertandingannya tak pernah mengecewakan.

Unreal Engine yang diperkenalkan lewat game ini tidak hanya membuat grafisnya terlihat menakjubkan di zamannya, tapi juga menjadi pondasi bagi ratusan game modern, termasuk Fortnite, Gears of War, hingga BioShock Infinite.

Selain itu, Unreal Tournament juga membuka jalan bagi banyak mod legendaris, contohnya Strike Force dan Infiltration, yang menambahkan elemen taktis dan variasi gameplay baru.

7. Halo: Combat Evolved (2001)

game fps legendaris (engadget.com).jpg
Halo: Combat Evolved (engadget.com)

Awal 2000-an adalah masa transisi. FPS dikenal sebagai genre milik para pengguna PC, karena saking nikmatnya bermain menggunakan mouse dan keyboard. Tapi semua itu berubah ketika Halo: Combat Evolved muncul di panggung tahun 2001 bersama konsol baru milik Microsoft, yakni Xbox.

Di tangan Bungie Studios, Halo berhasil mematahkan stigma bahwa kontroler tidak cocok untuk genre shooter. Lewat skema kendali dua analog yang intuitif, sistem aim assist yang cerdas, dan tempo gameplay yang seimbang membuat Halo amat ramah untuk para pengguna konsol.

Inovasi terbesar Halo justru terletak pada feeling-nya. Semuanya terasa pas, waktu reload, suara senjata plasma, hingga ritme pertarungannya semakin menambah intensitas gameplay.

Dari sisi teknis, Halo juga membawa AI musuh yang dinamis dan cerdas. Pasukan Covenant tidak hanya menyerang secara acak, melainkan beradaptasi, bersembunyi, bahkan bekerja sama untuk menjatuhkan pemain. Level desainnya pun terbilang visioner serta mendorong para player untuk menjelajahi areanya yang luas.

Namun pengaruh terbesarnya datang dari mode multiplayer. Walau awalnya terbatas pada LAN, mode ini dengan cepat tumbuh. Kompetisi Halo LAN Party di asrama dan ruang tamu jadi pondasi utama bagi lahirnya Xbox Live, serta membuka jalan bagi kultur console esports di masa depan.

FAQ

  1. Apa yang dimaksud dengan game FPS legendaris?
    Game FPS legendaris adalah judul-judul first-person shooter yang berpengaruh besar terhadap perkembangan industri game, baik dari sisi teknologi, gameplay, maupun budaya gaming.
  2. Mengapa game seperti Doom dan Half-Life disebut pelopor genre FPS?
    Karena keduanya membawa inovasi besar, Doom menciptakan deathmatch multiplayer, sementara Half-Life memperkenalkan narasi interaktif tanpa cutscene yang revolusioner.
  3. Apakah game FPS klasik masih layak dimainkan di era sekarang?
    Ya! Banyak game FPS klasik yang telah dirilis ulang di platform modern seperti Steam atau emulator dengan dukungan resolusi tinggi dan kontrol modern.
  4. Apa perbedaan utama antara FPS PC dan FPS konsol di era 90-an?
    FPS PC fokus pada modding dan multiplayer LAN, sedangkan FPS konsol lebih menekankan kenyamanan bermain bersama lewat split-screen.
  5. Game FPS mana yang paling berpengaruh dalam sejarah gaming?
    Secara umum, Doom, Half-Life, dan Halo: Combat Evolved dianggap sebagai tiga pilar utama yang membentuk wajah FPS modern hingga sekarang.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Valya Annisya
EditorValya Annisya
Follow Us

Latest in Gaming

See More

Game Indonesia Menyerbu ICC x INACON 2025

26 Okt 2025, 12:30 WIBGaming