Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

6 Tips Menghindari Kecanduan Game Gacha untuk Remaja dan Orang Tua

kecanduan game gacha.jpg
Kecanduan game gacha (gamefinity.id)
Intinya sih...
  • Game gacha populer di kalangan remaja dan orang tua karena menawarkan sensasi loot box yang adiktif.
  • Mengatur batas waktu bermain, mengontrol pengeluaran, dan membuka komunikasi terbuka antara orang tua dan anak penting untuk mencegah kecanduan game gacha.
  • Memberikan alternatif positif pengganti game gacha dan mengenali tanda-tanda kecanduan sejak dini merupakan langkah penting dalam mengatasi masalah ini.

Pernah dengar istilah game gacha? Game seperti ini tengah populer di kalangan remaja, bahkan orang tua, karena menawarkan sensasi loot box—mekanisme undian digital untuk mendapatkan item-item langka. Sekilas terlihat menyenangkan, tapi jika tak dikendalikan, bisa berubah menjadi kebiasaan yang merugikan. Banyak orang secara tanpa sadar terjebak ke dalam siklus bermain yang mirip dengan judi:, berharap beruntung, lalu mengulanginya lagi dan lagi.

Kali ini, kami akan mencoba untuk membahas cara mengatasi kecanduan game, khususnya game gacha, dengan pendekatan yang realistis dan mudah diterapkan. Kita juga bakal melihat bagaimana pengaruh loot box terhadap perilaku anak, serta peran orang tua dalam mengarahkan penggunaan game yang sehat.

1. Apa Itu Game Gacha dan Mengapa Bisa Membuat Ketagihan?

kecanduan game gacha 1.jpg
Pull gacha (sea.ign.com)

Game Gacha berasal dari istilah mesin gachapon di Jepang—mesin mainan kapsul berisi kejutan. Di dunia digital, sistem ini diterjemahkan ke dalam bentuk loot box yang berisi item acak, seperti karakter langka atau senjata kuat. Untuk mendapatkannya, pemain harus "mengundi" dengan menggunakan mata uang virtual yang bisa diperoleh dari bermain... atau membelinya dengan uang sungguhan.

Masalahnya, sistem ini dirancang untuk merangsang otak seperti perjudian. Ketika pemain mendapatkan item langka, otak melepaskan dopamin—zat kimia yang memberikan rasa senang. Ini membuat pemain terdorong untuk terus bermain, mencoba peruntungan lagi, bahkan jika sudah menghabiskan banyak waktu atau uang.

Fenomena ini menjadi salah satu alasan utama mengapa gacha game dianggap memiliki potensi adiktif, terutama pada remaja yang secara emosional masih labil dan lebih rentan terhadap sistem reward semacam ini.

2. Mengatur Batas Waktu Bermain Game Secara Sehat

Salah satu langkah awal dan paling efektif dalam mencegah kecanduan game gacha adalah dengan menetapkan batas waktu bermain. Ini terdengar sederhana, namun praktiknya cukup sulit dilakukan, apalagi jika game tersebut memiliki sistem daily quest atau event limited yang mendorong pemain untuk terus login setiap hari.

Remaja cenderung kehilangan jejak waktu ketika bermain, jadi penggunaan timer atau alarm bisa sangat membantu. Misalnya, tetapkan maksimal 1–2 jam bermain setiap hari, dan pastikan ada jeda untuk aktivitas lain seperti belajar, bersosialisasi, atau sekadar istirahat mata.

Bagi orang tua, penting untuk terlibat dalam proses tersebut. Bukan dengan cara melarang total, melainkan berdialog dan menetapkan aturan bersama. Gunakan pendekatan yang suportif, bukan otoriter. Misalnya, “Yuk, kita sepakati jam main game kamu setelah PR selesai” lebih efektif daripada “Pokoknya nggak boleh main game!

Hal ini juga membantu mengembangkan kemampuan manajemen waktu pada anak—soft skill penting yang sangat berguna di kehidupan sehari-hari. Selain itu, membatasi waktu main juga bisa mengurangi efek negatif seperti kurang tidur, kelelahan mata, dan penurunan performa akademik.

3. Mengontrol Pengeluaran dan Edukasi Finansial

kecanduan game gacha 2.jpg
Loot box (sites.lsa.umich.edu/)

Game Gacha ini selain menghabiskan waktu, juga bisa menguras dompet. Banyak remaja yang tergoda untuk membeli in-game currency agar bisa melakukan pull lebih banyak demi mendapatkan item langka. Di sinilah risiko finansial mulai muncul, apalagi jika tidak ada pengawasan atau edukasi yang cukup dari orang tua.

Untuk remaja, langkah paling sederhana adalah tidak menyimpan informasi kartu kredit atau metode pembayaran langsung di aplikasi game. Ini bisa mencegah pembelian impulsif yang sering terjadi saat emosi atau rasa penasaran sedang tinggi.

Sementara bagi orang tua, aktifkan fitur pembelian terkontrol atau parental approval di perangkat anak. Hal ini membuat setiap transaksi harus melewati proses verifikasi terlebih dahulu.

Akan tetaepi, kontrol saja tidak cukup. Remaja juga perlu diajak memahami nilai uang dan konsep prioritas. Misalnya, bandingkan pengeluaran untuk item digital dengan kebutuhan nyata seperti menabung, membeli buku favorit, atau mengikuti kursus hobi. Tanyakan pada mereka, “Jika uang ini kamu pakai untuk membeli gitar, kira-kira lebih bermanfaat nggak dalam jangka panjang?

Kebiasaan ini secara tidak langsung mengajarkan prinsip dasar literasi keuangan, mulai dari menilai, membandingkan, dan mengambil keputusan secara bijak.

4. Komunikasi Terbuka Antara Orang Tua dan Anak Perihal Game

Banyak orang tua merasa bingung atau frustrasi menghadapi anak yang terlalu sering bermain game gacha. Namun, alih-alih langsung melarang, pendekatan yang jauh lebih efektif adalah membangun komunikasi terbuka dan empatik. Cobalah ajak anak berbicara, bukan menginterogasi. Tanyakan hal-hal seperti, “Apa yang bikin kamu suka banget sama game ini?” atau “Karakter mana yang paling kamu pengen dapetin, dan kenapa?” Pertanyaan semacam ini menunjukkan bahwa orang tua tertarik dan peduli, bukan hanya ingin mengontrol.

Dengan membuka ruang dialog yang aman, anak akan lebih mudah terbuka tentang pengalamannya saat bermain game—termasuk jika mereka merasa tertekan, kecewa karena gagal mendapatkan item, atau bahkan stres karena harus terus bermain agar tak ketinggalan event.

Di sisi lain, ini juga menjadi momen yang tepat untuk mengenalkan tanda-tanda kecanduan pada anak. Jelaskan dengan sederhana, misalnya, jika kamu mulai mengabaikan sekolah, sulit tidur, atau sering marah ketika tidak bisa bermain, itu bisa jadi sinyal bahaya yang perlu diperhatikan bersama-sama.

Inti dari komunikasi terbuka ini bertujuan guna menguatkan hubungan emosional antara orang tua dan anak. Ketika anak merasa didengar dan dimengerti, mereka akan lebih mudah menerima arahan dan batasan yang diberikan.

5. Alternatif Positif Pengganti Game Gacha

kecanduan game gacha 3.jpg
Mengobati kecanduan game gacha (catchrecovery.com)

Mengurangi kecanduan game gacha tak cukup hanya dengan melarang atau membatasi. Kunci keberhasilannya terletak pada menyediakan alternatif yang menarik dan bermakna untuk mengisi waktu luang anak. Jika waktu bermain dikurangi tapi tidak digantikan, rasa bosan yang muncul malah bisa mendorong mereka kembali bermain game tersebut.

Ada banyak pilihan kegiatan yang bisa menjadi pengganti menyenangkan untuk para anak. Misalnya:

  • Olahraga seperti futsal, basket, atau renang.

  • Seni dan kreativitas, seperti menggambar, membuat musik, menulis cerita, atau mencoba digital art.

  • Board game atau permainan tradisional.

  • Ikut komunitas atau klub hobi.

Orang tua bisa ikut terlibat dalam proses ini, seperti menemani anak menjajal aktivitas baru atau menyediakan alat dan sarana yang dibutuhkan. Yang harus mendampingi dan mendukung anak sepenuhnya. Menemukan aktivitas pengganti yang disukai memang butuh waktu dan eksplorasi, namun begitu anak menemukan kesenangan baru di luar layar game, keinginan untuk kembali ke kebiasaan lama bisa berkurang dengan sendirinya.

6. Kenali Tanda Kecanduan Gacha Game Sejak Dini

Mengenali gejala kecanduan sejak awal sangat penting agar penanganannya tidak terlambat. Banyak orang tua yang baru menyadari ketika dampaknya sudah cukup berat, seperti nilai anak menurun drastis atau muncul gangguan tidur. Padahal, tanda-tanda awal biasanya sudah terlihat jika kita jeli.

Berikut beberapa ciri yang perlu diwaspadai:

  • Anak mudah marah, gelisah, atau frustasi ketika tidak bisa bermain.

  • Kehilangan minat pada aktivitas lain yang sebelumnya disukai, seperti bermain dengan teman atau berolahraga.

  • Gangguan tidur akibat bermain larut malam atau bangun terlalu pagi untuk mengejar event di dalam game.

  • Penurunan prestasi akademik atau kurang fokus saat belajar.

  • Kecenderungan berbohong, seperti menyembunyikan lama waktu bermain atau belanja game.

Jika satu atau beberapa dari tanda ini mulai muncul, penting untuk segera mengambil langkah intervensi. Ingat, semakin cepat kecanduan dikenali dan ditangani, semakin besar peluang anak untuk pulih dan kembali menjalani kehidupan digital yang sehat.

Kecanduan game gacha bisa terlihat sepele, tapi jika dibiarkan, dampaknya sangat nyata—baik secara emosional, sosial, maupun finansial. Dengan memahami mekanismenya, mengatur waktu bermain, mengontrol pengeluaran, serta membuka ruang dialog serta mengganti kebiasaan dengan aktivitas positif, kita bisa membantu remaja membangun hubungan yang lebih sehat dengan teknologi.

Sebagai orang tua, kita memegang peran penting bukan untuk memberikan contoh. Dan jika situasi sudah di luar kendali, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Teknologi memang tidak bisa dihindari, namun kita perlu menerapkan pendekatan yang tepat guna mengatasi hal-hal negatif yang timbul.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mecca Medina
EditorMecca Medina
Follow Us