Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Grafis Game PS1 Kembali Populer di Game Indie?

Grafis Game PS1 Kembali Populer (rollingstone.com)
Grafis Game PS1 Kembali Populer (rollingstone.com)
Intinya sih...
  • Nostalgia gamer era 90-an memicu kebangkitan grafis retro PS1
  • Grafis low poly ala PS1 dianggap sebagai karya seni yang unik dan artistik
  • Grafis retro PS1 menjadi alternatif kreatif bagi developer indie dan menarik bagi generasi baru
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kalau kamu sempat merasakan serunya bermain PlayStation 1 di akhir 90-an hingga awal 2000-an, grafis PS1 mempunyai keunikan yang sulit ditemukan di grafis modern. Poligon kotak-kotak, tekstur low quality, dan warna yang sederhana kini justru kembali menjadi tren. Fenomena ini dikenal sebagai kebangkitan grafis retro PS1 yang sedang booming di kalangan gamer maupun developer indie.

Menariknya, tren ini bukan hanya digerakkan oleh rasa rindu nostalgia gamer era 90-an, tapi juga menjadi ruang eksperimen baru bagi para pembuat game modern. Bahkan, generasi muda yang tidak pernah menyentuh konsol PS1 pun kini ikut penasaran dan jatuh cinta dengan estetika unik tersebut.

Lalu, apa sebenarnya yang membuat visual ala PS1 begitu diminati lagi di era teknologi serba realistis ini? Mari kita bahas dari awal.

1. Apa Pemicu Kembalinya Grafis Retro PS1?

Apa Pemicu Kembalinya Grafis Retro PS1? (nme.com)
Apa Pemicu Kembalinya Grafis Retro PS1? (nme.com)

Bicara soal tren grafis retro PS1 tidak bisa dilepaskan dari aspek nostalgia. Gamer yang tumbuh besar dengan Final Fantasy VII, Resident Evil, atau Silent Hill tentu merasakan ikatan emosional dengan visual low poly dari PS1. Meski secara teknis nampak sederhana, tetapi grafis seperti ini mampu membangkitkan kenangan indah dari masa kecil hingga remaja.

Banyak gamer kembali mencari pengalaman serupa untuk merasakan atmosfer serupa, sementara developer indie memanfaatkan momen ini untuk menghadirkan game dengan sentuhan klasik, tapi tetap segar untuk dimainkan di masa kini.

2. Estetika Unik Game PS1

Estetika Unik Game PS1 (wackoid.com)
Estetika Unik Game PS1 (wackoid.com)

Di balik keterbatasannya, grafis low poly ala PS1 justru punya pesona yang tidak dimiliki visual modern. Poligon kasar, efek dithering, hingga tekstur yang terlihat “melar” ketika kamera bergerak kini dianggap sebagai sebuah karya seni. Bagi sebagian orang, detail yang tidak sempurna itu menawarkan nuansa otentik yang sulit ditiru grafis hyper-realistic.

Para pengembang indie hari ini semakin sering memanfaatkan gaya tersebut untuk menciptakan feel yang berbeda. Misalnya, game dengan nuansa horor atau surealisme terasa lebih “menggigit” ketika dibungkus dengan visual retro. Limitasi PS1 yang dulu dianggap keterbatasan, sekarang menjadi kekuatan yang menghadirkan atmosfer misterius sekaligus artistik.

Bagi banyak kreator, estetika low poly ala PS1 bisa diisi dengan berbagai macam ide liar tanpa harus terbebani standar grafis kelas AAA. Dan justru di situlah letak daya tariknya, sederhana, aneh, tapi entah kenapa tetap menarik saat dipandang.

3. Grafis Realistis Semakin Monoton?

Grafis Realistis Semakin Monoton? (dok. Rockstar/Red Dead Redemption 2)
Grafis Realistis Semakin Monoton? (dok. Rockstar/Red Dead Redemption 2)

Industri game besar atau AAA saat ini sangat fokus pada kualitas visual yang super realistis. Namun, semakin lama banyak gamer merasa bahwa grafis yang “terlalu nyata” seringkali terasa membosankan. Walaupun terlihat mengagumkan, game AAA kadang kehilangan identitas unik karena sama-sama mengejar standar realisme yang mahal, yang membedakan hanya dari segi color grading saja.

Di sinilah grafis retro PS1 tampil sangat kontras. Visual sederhana dengan poligon kasar justru memberi rasa yang lebih ekspresif, lebih mudah dicerna, dan tentu saja lebih mudah diakses. Hal ini membuka peluang besar bagi developer indie untuk bersaing tanpa harus mengeluarkan biaya besar.

Tren visual retro game indie akhirnya menjadi “anti-tesis” dari AAA. Sebenarnya bukan untuk membuktikan mana yang lebih baik, melainkan memberikan opsi lain yang lebih kreatif, unik, dan tidak terjebak dalam pola yang itu-itu saja.

4. Developer Indie Mudah Membuat Game 3D Ala PS1

Developer Indie Mudah Membuat Game 3D Ala PS1 (timeextension.com)
Developer Indie Mudah Membuat Game 3D Ala PS1 (timeextension.com)

Salah satu alasan utama grafis retro PS1 semakin digemari adalah faktor efisiensi. Dibandingkan membuat visual modern yang membutuhkan tim besar, anggaran besar, dan waktu produksi yang panjang, gaya grafis low poly jauh lebih ramah bagi developer indie.

Dengan bantuan software seperti Unity atau Blender, estetika ala PS1 bisa direplikasi dengan mudah tanpa harus mengorbankan banyak sumber daya. Sehingga membuat si kreator bisa lebih fokus pada aspek lain yang tak kalah penting, seperti gameplay, narasi, atau atmosfer.

Hasilnya, banyak game indie yang justru terasa lebih imersif meskipun tampil sederhana. Bagi studio kecil, kebebasan ini adalah aset besar untuk bereksperimen dan melahirkan sebuah game yang tidak kalah menarik dibandingkan game AAA.

5. Game Bergaya Retro Menarik Perhatian Gamer Baru

Game Bergaya Retro Menarik Perhatian Gamer Baru (gamejolt.com)
Game Bergaya Retro Menarik Perhatian Gamer Baru (gamejolt.com)

Menariknya, grafis retro PS1 tidak hanya digandrungi oleh gamer lama. Generasi baru yang tidak pernah merasakan era PS1 justru melihat gaya ini sebagai sesuatu yang eksotis dan berbeda dari apa yang biasa mereka temui di game modern.

Bagi mereka, visual low poly sukses membawa sesuatu yang unik. Ditambah lagi, tren ini semakin meluas berkat peran media sosial dan komunitas online. Di platform seperti X (Twitter) maupun YouTube, banyak konten kreator yang mempopulerkan game dengan estetika retro, bahkan viral di kalangan gamer muda.

Berkat dukungan tren pop culture seperti vaporwave, synthwave, hingga lo-fi, estetika PS1 kini punya identitas baru.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mecca Medina
EditorMecca Medina
Follow Us

Latest in Gaming

See More

7 Game Horor Visual Retro yang Bikin Deg-degan

12 Sep 2025, 14:00 WIBGaming