Kronologi Kasus Doping Arslan Ash, Sang Juara Tekken 7 IESF WEC 2022

- IESF memberikan sanksi larangan berkompetisi selama dua tahun kepada Arslan Ash setelah dinyatakan positif menggunakan obat doping.
- Arslan Ash mengklarifikasi bahwa penggunaan obat tersebut tidak disengaja dan berhenti mengonsumsi setelah mengetahui kebenarannya.
- Twisted Minds memberikan dukungan kepada Arslan Ash, sementara ESIC merespon kasus tersebut dengan empat panduan terkait anti-doping dalam esports.
Kronologi kasus doping Arslan Ash, sang juara Tekken 7 di IESF World Esports Championship (WEC) 2022 Bali lalu, bisa kamu lihat informasi lengkapnya di sini!
Beberapa waktu lalu, kasus doping yang menimpa juara Tekken 7 IESF WEC 2022 Bali kembali mencuat. Sebelumnya, pria asal Pakistan itu diduga telah menggunakan obat untuk meningkatkan tenaga pada gelaran IESF beberapa musim lalu.
Terbaru, IESF telah memberikan pernyataan resminya terkait kasus tersebut.
1. Pernyataan IESF Terkait Kasus Arslan Ash

Dilansir dari laman resmi IESF yang dirilis pada 19 Juni 2025 kemarin, pihaknya mengatakan bahwa Arslan dinyatakan positif menggunakan beberapa obat doping. Ia pun dikenakan sanksi berupa larangan berkompetisi selama dua tahun setelah dinyatakan positif penggunaan obat doping.
"IESF melaporkan bahwa atlet bernama Arslan Siddiqui, yang mewakili Pakistan dan memenangkan gelar Tekken 7 (di IESF WEC 2022 Bali), dikenakan sanksi berupa larangan berkompetisi selama dua tahun setelah dinyatakan positif menggunakan: 19-norandrosterone, 19-noretiocholanolone, Metabolit Stanozolol , dan Metabolit Metandienone, berdasarkan hasil tes doping ketika berkompetisi pada 10 Desember 2022," tulisnya.
Pihaknya juga mengatakan bahwa obat tersebut masuk ke dalam zat terlarang menurut Daftar Larangan Anti-Doping Dunia (WADA). Di mana, obat tersebut tercantum sebagai Zat Terlarang di bawah kelas S1.1A Steroid Anabolik Androgenik dalam Daftar Larangan WADA 2022. Akibatnya, IESF pun memberikan sanksi terhadap pro player tersebut.
"Sanksi larangan berkompetisi berlaku mulai 26 April 2023 hingga 25 April 2025. Berdasarkan Pasal 9 IESF ADR, hasil atlet di WEC22 (termasuk semua medali, gelar, penghargaan, poin, hadiah, dan uang yang diperoleh) secara otomatis dibatalkan. Hasil atlet antara 10 Desember 2022 hingga 26 April 2023 juga dibatalkan, sebagaimana diatur dalam Pasal 10.10 IESF ADR," tulisnya lagi.
IESF dengan tegas melarang penggunaan doping saat berkompetisi, dan akan terus mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi kesehatan, keselamatan, dan keadlian dalam kompetisi esports. Salah satunya adalah dengan melakukan pengujian anti-doping di setiap turnamen yang diselenggarakan.
2. Klarifikasi Arslan Ash Terkait Dirinya yang Dinyatakan Positif Menggunakan Doping
Dilansir dari akun X @ArslanAsh95 pada Kamis (3/7) kemarin, sang pro player itu pun memberikan klarifikasinya. Ia mengakui kalau dirinya sempat mengonsumsi obat tersebut karena arahan seorang trainer yang dikenalnya di sebuah Gym.
"Pada 2021 saat COVID-19, saya pergi ke Gym di Pakistan. Seorang trainer di sana, menawarkan saya apa yang disebutnya 'Suplemen' yang akan membantu mempercepat prosesnya. Saya mempercayai sarannya, dan membayar sekitar PKR60 ribu tanpa menyadari kalau obat itu termasuk zat terlarang," tulisnya.
Ia pun menceritakan kalau dirinya baru mengetahui bahwa itu Zat Terlarang setelah menjalani tes usai memenangkan IESF 2022 Bali.
"Pada akhir 2022, setelah mejuarai IESF, saya menjalani tes, dan saat itulah saya mengetahui kebenarannya, di mana, apa yang saya konsumsi itu sebenarnya adalah zat yang dilarang dalam kompetisi olahraga. Tes tersebut dilakukan berdasarkan peraturan 'WADA' dan dinilai berdasarkan standar atlet tingkat Olimpiade," tulisnya di akun X miliknya.
Ia menegaskan kalau hal ini tidak disengaja dirinya lakukan. Arslan juga menegaskan bahwa dirinya langsung berhenti mengonsumsi zat tersebut setelah mengetahui informasinya.
"Saya ingin menegaskan, ini tidak pernah disengaja. Saya disesatkan, dan sayangnya, menjadi korban budaya Gym, di mana, zat seperti ini dijual begitu saja tanpa arahan atau edukasi. Begitu saya menyadarinya, saya langsung berhenti."
"Izinkan saya juga menegaskan satu hal, ini tidak pernah menjadi bagian dari perjalanan saya di dunia esports. Saya telah memenangkan gelar internasional seperti EVO dan banyak lainnya, jauh sebelum saya menginjakkan kaki di Gym tersebut. Kesuksesan saya dalam dunia gaming dibangun murni dari keterampilan, dan kerja keras," tulis Arslan Ash.
3. Twisted Minds Beri Dukungan kepada Arslan

Twisted Minds, selaku organisasi esports yang saat ini menaungi Arslan, memberikan dukungannya kepada pro player miliknya tersebut. Ia menyebutkan bahwa situasi ini terjadi sebelum Arslan bergabung dengan Twisted Minds.
Pihaknya juga menegaskan bahwa pemainnya itu sudah transparan tentang situasi tersebut, dan secara terbuka bekerja sama selama penyelidikan.
Twisted Minds juga menyampaikan kekhawatirannya tentang waktu pengumuman yang dilakukan oleh IESF terkait pemainnya itu.
"IESF mengumumkan keputusan ini ke publik dua setengah tahun setelah insiden tersebut. Penundaan tersebut menimbulkan pertanyaan serius seputar proses, dan niatnya, terutama karena tidak ada integritas kompetitif yang dikompromikan, tidak ada batasan yang diajukan atau tindakan yang diambil oleh penyelenggara turnamen besar mana pun."
"Kami sangat mendukung langkah-langkah anti-doping yang adil, dan berbasis sains dalam esports, dan sejalan dengan posisi Komisi Integritas Esports (ESIC) dalam masalah ini," tulisnya.
Pihaknya pun menyebutkan tiga poin mengenai kasus ini.
Daftar Zat Terlarang WADA tidak pernah dirancang untuk esports, dan zat itu tidak memberikan manfaat performa yang terbukti dalam permainan seperti Tekken
Framework IESF didasarkan pada olahraga tradisional, dan tidak sesuai dengan konteks esports
Kemenangan Arslan di EVO Japan, EVO Las Vegas, Gamers8, dan acara lainnya adalah sah, dan hasilnya tidak ditentang oleh penyelenggara lainnya
Sementara itu, ESIC juga memberikan pernyataan soal kasus ini.
4. Pernyataan ESIC

Dilansir dari laman resmi ESIC pada Jumat (4/7) kemarin, pihaknya merespon kasus doping yang menyeret nama Arslan Ash. Pihaknya pun memberikan empat panduan dan sudah dikomunikasikan ke anggotanya secara resmi sejak 2 Juli 2025 lalu.
Tidak ada kewajiban untuk mengakui sanksi dari IESF: Anggota ESIC tidak diharuskan untuk mengakui, mendukung, atau menegakkan sanksi dari IESF
Framework WADA tidak didukung dalam ESIC: Hal ini dikarenakan ESIC tidak menerapkan Daftar Terlarang milik WADA pada esports. Karena framework tersebut dirancang untuk olahraga tradisional dan tidak sesuai dengan tujuan kami
Kode anti-doping milik ESIC: Kode ini dibuat khusus oleh ESIC untuk menargetkan zat-zat yang oleh para ahli dianggap memiliki dampak terhadap integritas kompetitif dalam esports. Sejak 2016, kode anti-doping ESIC telah dipatuhi, dan diterapkan secara operasional di acara-acara anggota ESIC
Melindungi integritas kompetitif melalui sains: Menerapkan standar anti-doping yang tidak tepat, berisiko menimbulkan kerugian pada hasil, karir pemain, dan kepercayaan stakeholder
"ESIC tetap berkomitmen kuat terhadap framework anti-doping yang adil, dan berbasis dengan bukti, serta akan terus mendorong semua anggota untuk mengandalkan pendekatan ESIC yang mapan dan terbukti," tulis pihak ESIC.
5. Klarifikasi IESF Terkait Kasus Tersebut

Terbaru, IESF kembali merilis pernyataannya pada Senin (7/7) kemarin. Pihaknya menyatakan bahwa IESF merupakan organisasi yang diakui oleh WADA, dan sepenuhnya mematuhi kode WADA.
"Sebagai organisasi yang diakui WADA, IESF sepenuhnya mematuhi Kode WADA. Kasus tersebut ditangani sesuai dengan aturan WADA."
"Bekerja sama dengan WADA, dan Arslan Ash, serta mengakui ketidaktahuannya atas zat tersebut, sanksi standar berupa empat tahun dikurangi menjadi dua tahun," tulisnya.
Pihaknya juga menegaskan bahwa sanksi tersebut hanya berlaku di acara-acara yang disetujui oleh IESF.
"Sanksi tersebut hanya berlaku untuk acara yang disetujui IESF, seperti nasional, regional, dan World Esports Championship," tulisnya lagi.
IESF kembali menegaskan bahwa pihaknya tetap berkomitmen pada permainan yang adil dan tanggung jawabnya sebagai anggota WADA.
"Kasus ini memperlihatkan bahwa perlunya pedoman yang lebih jelas dan penelitian khusus mengenai zat terlarang di esports. Kami melihatnya sebagai langkah kunci menuju pengakuan global terhadap esports dan pengembangan kebijakan antidoping yang kuat dan berbasis bukti," tulis pihak IESF.
Itulah kronologi kasus doping Arslan Ash, sang juara Tekken 7 IESF WEC 2022 Bali. Bagaimana menurutmu?