5 Mitos dan Ritual yang Diangkat di Film Perempuan Pembawa Sial

- Bahu Laweyan adalah cerita rakyat Jawa yang menjadi dasar kisah film ini, dengan kutukan bagi perempuan ber tanda lahir sebesar koin di bahu kiri.
- Ngidak Endhog, tradisi pernikahan Jawa di mana pengantin pria harus menginjak telur hingga pecah, menjadi simbol kesialan dalam film.
- Sembogo, ritual di mana dukun manten meniupkan asap rokok ke wajah pengantin wanita, memberi nuansa magis yang bikin bulu kuduk berdiri dalam film.
Film terbaru Fajar Nugros, Perempuan Pembawa Sial, bukan sekadar teriak-teriakan di bioskop, tapi juga menampilkan pengalaman budaya yang kental dengan kemistisan Jawa.
Dibintangi oleh Raihaanun, Morgan Oey, dan penampilan spesial dari maestro tari tradisional Didik Nini Thowok, film ini terinspirasi langsung dari masa kecil sang sutradara yang tumbuh besar di Yogyakarta.
Berikut ini adalah 5 mitos dan ritual kebudayaan yang muncul di dalam film Perempuan Pembawa Sial.
1. Bahu Laweyan

Bahu Laweyan adalah cerita rakyat Jawa yang jadi dasar kisah film ini. Konon, perempuan dengan tanda lahir sebesar koin di bahu kiri dipercaya mengemban kutukan: setiap laki-laki yang menjalin hubungan dengannya akan mati secara tragis.
Kutukan inilah yang dialami Mirah (Raihaanun) di dalam film, dan menjadi bagian dari plot film Perempuan Pembawa Sial.
2. Ngidak endhog

Ngidak Endhog adalah tradisi dalam pernikahan Jawa dimana pengantin pria harus menginjak telur hingga pecah. Filosofinya? Tanggung jawab sebagai kepala keluarga dan doa untuk keturunan yang baik.
Tapi, kalau telurnya tidak pecah? Itu pertanda buruk, kesialan yang bisa membayangi rumah tangga. Elemen ini jadi salah satu simbol penting dalam film.
3. Sembogo

Dalam film, Mbah Warso (Didik Nini Thowok) meniupkan asap rokok ke wajah Mirah. Adegan itu terinspirasi dari tradisi sembogo, ritual di mana dukun manten meniupkan asap rokok ke wajah pengantin wanita supaya auranya semakin memancar.
Di film, tradisi ini justru memberi nuansa magis yang bikin bulu kuduk berdiri.
4. Bawang dan buah-buahan

Fajar Nugros cerdas bermain dengan simbolisme. Bawang dan buah-buahan jadi elemen berlapis yang hadir sepanjang film, seakan mengajak penonton untuk “mengupas” misteri demi misteri yang tersembunyi.
Bahkan, film ini juga menyelipkan kisah rakyat populer Bawang Merah Bawang Putih dari Riau. Jadi, cerita yang kamu tonton bukan cuma dari satu budaya, tapi akulturasi kekayaan nusantara.
5. Tembang Jawa dan mantra
Dalam film, Didik Nini Thowok melafalkan mantra yang dimodifikasi dari tembang Asmaradana.
Tembang klasik ini dipercaya menyimpan energi mistis, membuat adegan ritual terasa makin nyata dan bikin merinding.