- Apa saja contoh film yang layak dapat sekuel?
Beberapa contohnya adalah The Nice Guys (2016), Constantine (2005), Dredd (2012), dan Hancock (2008). - Kenapa banyak film bagus yang gagal di bioskop?
Faktor utama biasanya persaingan dengan blockbuster lain, promosi minim, atau konsep yang terlalu unik untuk pasar massal. - Apakah ada film box office flop tapi jadi cult classic?
Ya, Constantine dan Dredd adalah contoh film yang flop di bioskop tapi kemudian punya fanbase setia. - Film underrated Hollywood apa yang paling ditunggu sekuelnya?
Banyak fans berharap The Nice Guys 2 dan Constantine 2 benar-benar dibuat. - Apa keuntungan membuat sekuel film lawas dengan potensi franchise?
Studio bisa membangkitkan kembali hype, menarik penonton lama, sekaligus memperkenalkan cerita ke generasi baru.
7 Film Hollywood yang Layak Punya Sekuel!

- The Nice Guys (2016) – Duo Detektif Kocak
- The Man from U.N.C.L.E. (2015) – Spy Thriller Retro
- Constantine (2005) – Pertarungan Surga dan Neraka
Ada banyak sekali daftar film yang layak dapat sekuel, beberapa judul bahkan punya dunia cerita yang luas, chemistry aktor yang ciamik, atau konsep yang bisa sekali dikembangkan jadi franchise.
Sayangnya, dunia perfilman kadang kejam. Ada film bagus yang gagal di bioskop, ada juga yang tertutup popularitas blockbuster lain.
Tapi anehnya, banyak dari film itu kemudian berubah status jadi cult classic yang dicintai fans.
Kali ini, kami akan membahas daftar film dengan potensi franchise yang sebenarnya film tersebut layak dapat sekuel.
1. The Nice Guys (2016) – Duo Detektif Kocak

The Nice Guys menawarkan kombinasi film detektif noir klasik dengan humor absurd ala-ala buddy cop comedy.
Film ini mempertemukan dua karakter yang sama sekali tidak serasi, ada Holland March (Ryan Gosling), detektif swasta yang amat ceroboh, dan Jackson Healy (Russell Crowe), penegak hukum jalanan yang temperamental.
Setting tahun 70-an diambil untuk menggambarkan betapa kacaunya di zaman itu.
Terlepad dari film ini flop di box office karena harus bersaing dengan Captain America: Civil War, para fans justru kerap merekomendasikan film ini untuk ditonton.
2. The Man from U.N.C.L.E. (2015) – Spy Thriller Retro yang Malah Kalah Pamor

Kalau kamu penggemar gaya klasik James Bond era 60-an, The Man from U.N.C.L.E. menghadirkan duet agen beda kubu, Napoleon Solo (Henry Cavill) dari CIA dan Illya Kuryakin (Armie Hammer) dari KGB.
Dua musuh bebuyutan ini dipaksa bekerja sama bersama Gaby Teller (Alicia Vikander) untuk menghentikan rencana organisasi rahasia berbau Nazi.
Satu hal yang bikin film ini beda adalah style-nya, kostum retro, dialognya terkesan witty, dan atmosfer Perang Dingin yang elegan.
Sayangnya, meski punya nilai produksi tinggi dan akting memikat, film ini terhimpit oleh rilis blockbuster lain.
Alhasil, film tersebut masuk ke kategori film bagus yang gagal di bioskop, padahal basis fans-nya cukup vokal hingga sekarang.
3. Constantine (2005) – Pertarungan Surga dan Neraka yang Terlalu Cepat Usai

Ada sesuatu yang magis dari sosok John Constantine yang diperankan Keanu Reeves. Ia merupakan pemburu iblis yang memiliki sikap sinis dengan trauma masa lalu yang membayanginya.
Di film ini, ia membantu detektif Angela Dodson (Rachel Weisz) menyelidiki kematian misterius saudara kembarnya, yang ternyata terkait dengan peperangan antara malaikat dan iblis.
Saat rilis, Constantine dianggap terlalu gelap dan niche untuk pasar mainstream. Meski punya efek visual revolusioner untuk zamannya,dan nuansa okultisme yang jarang disentuh film Hollywood, performanya di box office justru kurang menggigit.
Ironisnya, setelah Keanu Reeves bangkit lagi lewat John Wick, film ini makin dicintai banyak orang.
4. Dredd (2012) – Supercop Brutal dari Masa Depan yang Layak Comeback

Jika berbicara soal adaptasi komik yang underrated, Dredd adalah salah satu contoh yang paling mencolok.
Karl Urban tampil garang sebagai Judge Dredd, penegak hukum di kota dystopian Mega-City One yang punya wewenang jadi polisi, hakim, sekaligus algojo.
Bersama rekrutan muda bernama Anderson (Olivia Thirlby), ia harus menembus gedung apartemen raksasa yang dikuasai geng narkoba kejam.
Film ini dikenal dengan aksi brutal, dunia futuristik yang kelam, dan kesetiaannya terhadap komik Judge Dredd.
Namun, sayangnya, walau dipuji para kritikus, performa box office-nya jauh dari harapan.
5. Master and Commander: The Far Side of the World (2003) – Petualangan Laut yang Terhenti di Tengah Jalan

Jarang ada film yang bisa menangkap keagungan laut lepas sekaligus drama manusia seintens Master and Commander.
Disutradarai Peter Weir, film ini mengisahkan tentang Kapten Jack Aubrey (Russell Crowe) dan sahabat sekaligus dokter kapal Stephen Maturin (Paul Bettany) dalam misi berbahaya melawan kapal perang Prancis yang jauh lebih kuat.
Selain duel laut yang mendebarkan, film ini juga disisipi banyak dialog filosofis serta ketegangan politik era Napoleon.
Sayangnya, meski mendapat pujian, biaya produksinya yang selangit membuat studio enggan melanjutkannya.
6. Who Framed Roger Rabbit (1988) – Dunia Animasi dan Nyata yang Pantas Hidup Lagi

Sebelum era CGI merajalela, Who Framed Roger Rabbit sudah berani bikin gebrakan besar, yaitu menggabungkan dunia animasi dengan live action.
Terciptalah kisah detektif noir yang unik dengan dibumbui humor gelap. Di sini, Eddie Valiant (Bob Hoskins) harus membantu kelinci kartun Roger Rabbit yang dituduh melakukan pembunuhan, sambil mengungkap konspirasi besar dibalik Hollywood.
Film ini jadi revolusioner karena mampu mempertemukan ikon animasi lintas studio.
Tapi sayangnya, meski sukses secara teknis, sekuel yang sudah lama diwacanakan tak pernah terwujud, salah satunya karena kematian Bob Hoskins.
7. Hancock (2008) – Superhero Antihero yang Terlupakan

Di tengah banjir film superhero yang selalu digambarkan gagah dan sempurna, Hancock hadir dengan pendekatan beda. Will Smith memerankan seorang pahlawan super pemabuk, arogan, dan serampangan, jauh dari gambaran hero ideal.
Ceritanya makin menarik ketika ia bertemu Ray (Jason Bateman), pakar PR yang berusaha memperbaiki citra Hancock, hingga rahasia mitologis dari masa lalunya terungkap.
Film ini sebenarnya punya konsep segar, karena superhero-nya digambarkan lebih manusiawi, rapuh, tapi tetap memiliki kekuatan dewa.
Namun, meski sempat sukses di awal, respons penonton bercampur karena tone ceritanya berubah dari komedi ke drama epik yang agak janggal.
FAQ
Akhir Kata
Hollywood memang terkenal suka bermain aman dengan franchise besar yang sudah teruji. Tapi bukankah justru di luar arus utama inilah terdapat permata yang layak dipoles ulang?
Dari daftar di atas, apa saja film yang menurut kamu layak mendapatkan sekuel? Jangan lupa juga untuk bagikan artikel ini ke teman-teman pecinta film kamu.