5 Fakta Avatar: Fire and Ash, Proses Produksinya Gila-Gilaan

- Proses produksi film melibatkan lebih dari 1.500 kru dan berlangsung selama 18 bulan di Selandia Baru.
- Visual efek menjadi elemen kunci dengan proses pengembangan yang dimulai sejak tahap awal produksi.
- Kisah Avatar: Fire and Ash berlangsung beberapa minggu setelah peristiwa Avatar: The Way of Water, menghadirkan dinamika baru di Pandora.
Sutradara legendaris James Cameron kembali mengajak kamu untuk menjelajahi keindahan Pandora melalui Avatar: Fire and Ash, yang akan tayang di bioskop mulai 17 Desember 2025 mendatang.
Film ini membuka babak baru yang menghadirkan lebih banyak aksi dan emosi dalam petualangan Jake Sully (Sam Worthington), yang kini menjadi pemimpin Na’vi, serta Neytiri (Zoe Saldaña) dan seluruh keluarga Sully.
Disutradarai oleh James Cameron dengan naskah garapan James Cameron, Rick Jaffa, dan Amanda Silver, serta cerita yang dikembangkan bersama Josh Friedman dan Shane Salerno, Avatar: Fire and Ash kembali dibintangi deretan bintang papan atas seperti Sigourney Weaver, Stephen Lang, Oona Chaplin, Cliff Curtis, Jemaine Clement, Giovanni Ribisi, hingga Kate Winslet.
Disebut sebagai salah satu bagian terbaik dalam saga Avatar, Fire and Ash menerima sambutan luar biasa dari para kritikus hingga ajang penghargaan bergengsi.
Dalam sebuah wawancara eksklusif, sang sutradara James Cameron menyebut Avatar: Fire and Ash sebagai seri paling emosional, dan mungkin yang terbaik dari seluruh trilogi Avatar.
Pernyataan tersebut didukung oleh berbagai ulasan positif dari para kritikus yang menyebut film ini sebagai babak baru yang lebih kuat, lebih megah, dan lebih emosional dibandingkan pendahulunya. Sebuah pengalaman sinematik yang dapat dinikmati oleh penggemar film terdahulunya.
Menjelang perilisannya, Avatar: Fire and Ash juga masuk sebagai nominasi di berbagai ajang bergengsi seperti Golden Globe untuk kategori “Cinematic and Box Office Achievement” dan “Best Original Song”, serta Critics’ Choice Award untuk “Best Visual Effect.”
Sebelum menyaksikan filmnya, simak lima fakta spesial di balik Avatar: Fire and Ash berikut ini!
1. Proses Produksi dengan Skala Megah

Proses syuting Avatar: The Way of Water dan Avatar: Fire and Ash dimulai sejak September 2017 dan berlangsung selama 18 bulan.
Seperti film-film sebelumnya, Avatar: Fire and Ash diproduksi di Selandia Baru dengan melibatkan lebih dari 1.500 kru. Sutradara, penulis, dan produser James Cameron menegaskan bahwa film-film Avatar dibuat oleh tim berbakat, terutama para aktor yang memainkan setiap adegan secara nyata.
“Setiap ekspresi, gerakan, dan emosi adalah hasil penampilan mereka. Setelah terekam, tim artistik bekerja tanpa henti untuk menghidupkan karakter dan dunia Pandora ke dalam layar,” ujarnya.
Proses produksi film ini juga turut diperkuat oleh sineas-sineas berbakat yang kembali bekerja sama dengan James Cameron, termasuk sinematografer pemenang Oscar Russell Carpenter, ASC (Titanic); desainer produksi Dylan Cole (Maleficent); editor Stephen Rivkin, ACE (Pirates of the Caribbean: Dead Man’s Chest); senior visual effects supervisor peraih lima Academy Award Joe Letteri (King Kong, The Lord of the Rings: The Return of the King); tim Weta FX dengan VFX producer Nicky Muir (Black Panther: Wakanda Forever); serta komposer pemenang GRAMMY Simon Franglen (Titanic).
2. Rahasia di Balik Keajaiban Visual Avatar

Visual efek menjadi elemen kunci dalam Avatar: Fire and Ash, karena proses pengembangannya sudah dimulai sejak tahap awal produksi. Pendekatan ini membuat setiap departemen bekerja bersamaan untuk menghadirkan dunia Pandora dengan detail yang lebih kaya.
“Sering kali orang menganggap tahapan produksi itu terdiri dari pra-produksi, produksi, dan pasca produksi. Namun pada film-film Avatar, batasan itu tidak lagi terlihat jelas, dan proses visual efek kami sudah dimulai sejak pra-produksi,” ujar Jon Landau.
Setelah rangkaian pengambilan gambar virtual selesai disusun, seluruh adegan serta penampilan para aktor diteruskan ke tim ahli Weta FX di Selandia Baru, studio pemenang Academy Award yang mengerjakan total 3.382 shot visual efek untuk film ini.
3. Dinamika Baru di Pandora
Kisah Avatar: Fire and Ash berlangsung beberapa minggu setelah peristiwa Avatar: The Way of Water. Keluarga Sully masih hidup bersama klan Metkayina di Pandora sambil berusaha beradaptasi dengan kepergian Neteyam. Masing-masing anggota keluarga menghadapi duka itu dengan cara mereka sendiri.
James Cameron menjelaskan, “Film ini benar-benar menghadirkan sesuatu yang segar dan baru. Yang tak terduga adalah bagaimana kisahnya menyajikan emosi yang terasa nyata dan mendalam tentang konsekuensi emosional dari peristiwa di The Way of Water.”
Di tengah upaya Spider menyesuaikan diri dengan kehidupan Metkayina, keluarga Sully menyadari bahwa ia tidak bisa lagi tinggal bersama mereka demi keselamatannya.
Melalui pertemuan dengan Klan Tlalim, atau Wind Traders, pemimpin mereka, Peylak, setuju mengantar Spider kembali ke High Camp, dan seluruh keluarga Sully memutuskan untuk ikut serta dalam perjalanan tersebut.
Namun, rencana mereka terhenti ketika rombongan diserang oleh Klan Mangkwan, atau Ash People, yang dipimpin oleh Varang. Berasal dari wilayah yang hancur akibat letusan gunung berapi, klan ini tumbuh dengan budaya dan cara hidup yang sangat berbeda.
Di sisi lain, RDA yang merupakan organisasi manusia dengan ambisi untuk menguasai Pandora mulai bangkit dan merencanakan serangan baru setelah kekalahan sebelumnya.
4. Mengenal Varang, Pemimpin Ash People

Karakter-karakter lama seperti Jake Sully dan Neytiri akan kembali, sementara film ini juga memperkenalkan Klan Mangkwan, atau Ash People, salah satu klan paling misterius di Pandora yang menghadirkan sisi jauh lebih gelap dibandingkan klan-klan sebelumnya.
James Cameron menjelaskan, “Varang memilih jalan yang lebih gelap sebagai sosok spiritual, seorang Tsahik. Ia mempelajari sisi kelam dari kemampuan itu dan melatih dirinya sendiri. Ia bahkan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pikiran dan menimbulkan rasa sakit, yang membuatnya bisa memaksa siapapun untuk berkata jujur.”
Diperankan oleh Oona Chaplin, Varang memimpin Klan Mangkwan yang tinggal di wilayah tandus bernama Ash Village. Ia menunggangi makhluk mengerikan bernama Nightwraith yang dianggap sebagai penyelamat kaumnya.
Oona Chaplin menggambarkan Varang sebagai, “Ratu muda yang hidup dalam keputusasaan, di tempat yang semuanya tertutup abu dan perlahan mati”, menunjukkan betapa berat tekanan yang harus ia tanggung sebagai pemimpin klan yang terus berada dalam kondisi suram.
Mangkwan Clan sendiri memiliki budaya yang unik akibat bencana besar yang mengguncang tanah mereka, hingga membuat mereka meninggalkan Eywa.
Mereka menutupi tubuh dengan campuran abu dan air sebagai simbol dari penderitaan masa lalu yang membentuk mereka. Kehadiran mereka membuka sisi Pandora yang lebih gelap dan belum pernah terlihat sebelumnya.
5. Keajaiban Pandora Lewat Persembahan Spesial

Mulai 12 Desember 2025, The Avatar: Fire and Ash Experience resmi dibuka untuk menyambut perilisan salah satu film yang paling dinantikan di tahun ini.
Terinspirasi dari kisah dan karakter ikonik dari Avatar: Fire and Ash, area spesial ini akan menghadirkan rangkaian instalasi tematik dan ruangan imersif bertema Avatar yang belum pernah ada sebelumnya.
Berlokasi di The Space, Senayan City, kamu dapat menikmati keindahan alam Pandora yang dihadirkan melalui taman tematik hingga mengeksplorasi area misterius khas Klan Mangkwan.
Kamu juga dapat menikmati ruangan imersif karya kreator lokal, IMAGI Space, melalui sebuah pengalaman multi-sensory yang mengajakmu untuk melihat sisi lain keindahan Pandora hingga menghidupkan nuansa magis Ash Village.
Lewat presentasi visual mengagumkan yang dilengkapi dengan efek cahaya 720 derajat yang belum pernah ada sebelumnya di Indonesia, pengalaman ini juga dilengkapi dengan efek aroma serta sentuhan. The Avatar: Fire and Ash Experience dapat dikunjungi hingga 11 Januari 2026.
Adapun film Avatar: Fire and Ash akan tayang mulai 17 Desember di bioskop Indonesia.


















