Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

Menyingkap Misteri Bahu Laweyan Bersama Cast Perempuan Pembawa Sial

Perempuan Pembawa Sial mengangkat mitos Bahu Laweyan. (Dok. IDN Pictures)
Perempuan Pembawa Sial mengangkat mitos Bahu Laweyan. (Dok. IDN Pictures)
Intinya sih...
  • Didik Nini Thowok melihat Bahu Laweyan dari sudut pandang budaya Jepang
  • Fajar Nugros menyoroti stigma perempuan yang mengikuti Bahu Laweyan
  • Perempuan Pembawa Sial akan hadir di bioskop Indonesia mulai 18 September 2025
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Film Perempuan Pembawa Sial dari IDN Pictures mengangkat fenomena perempuan Bahu Laweyan sebagai fokus utamanya. Siapakah Bahu Laweyan sebenarnya?

Bahu Laweyan adalah mitos Jawa tentang perempuan yang kerap membawa kemalangan bagi pasangan suaminya. Permepuan yang dihinggapi Bahu Laweyan akan mendapati suaminya meninggal dengan mengenaskan.

Inilah kisah yang dialami oleh Mirah yang konon dihinggapi Bahu Laweyan. Bagaimana Mirah menghadapi fenomena ini, akan dijawab dalam film Perempuan Pembawa Sial.

Di luar filmnya, bagaimana cast Perempuan Pembawa Sial memandang mitos Bahu Laweyan ini? Simak selengkapnya dalam wawancara eksklusif bersama GGWP!

1. Didik Nini Thowok melihat Bahu Laweyan dari sudut pandang budaya Jepang

Didik Nini Thowok menemukan kesamaan antara perempuan Bahu Laweyan dengan topeng hannya dari Jepang. (Dok. IDN Pictures)
Didik Nini Thowok menemukan kesamaan antara perempuan Bahu Laweyan dengan topeng hannya dari Jepang. (Dok. IDN Pictures)

Aktor legendaris Didik Nini Thowok yang akan tampil di film Perempuan Pembawa Sial, mengaku memahami fenomena Bahu Laweyan saat belajar di Jepang. Ia mengenal istilah seperti topeng hannya di teater Noh, serta topi tsunokakushi yang dikenakan oleh pengantin Jepang.

Topeng hannya menggambarkan roh perempuan bertaring panjang yang cemburu dan punya dendam, sementara topi tsunokakushi punya filosofi menyembunyikan keburukan pengantin perempuan. Eyan Didik menemukan hubungan antara kedua hal tersebut.

"Sebenarnya karakter menakutkan di Jepang ini menunjukkan kemarahan atau emosi seorang wanita," kata Eyang Didik. "Filosofinya adalah 'Kalau kamu perempuan mau menikah, kamu harus menutupi tanduk kamu supaya para laki-laki nggak takut.'"

Eyang Didik menambahkan, hal ini menandakan bahwa perempuan bisa sangat menakutkan jika marah, sehingga tidak boleh ada yang main-main dengannya.

"Tapi sebenarnya, di balik kemarahan seorang wanita itu, sangat-sangat luar biasa. Kenapa wanita marah? Kenapa menjadi begitu? Kan semuanya ada sebab akibat. Karena dia di-bully, disalahin," jelas Eyang Didik.

Ia melihat fenomena ini pada karakter Mirah yang diperankan Raihaanun, yang meminta tolong kepada karakternya Eyang Didik karena ia disakiti oleh orang lain.

"Kalau dari interpretasi saya, sebagai orang yang punya ilmu, saya membela perempuan ini yang disakiti. Walaupun mungkin secara alamnya keliru, saya memberikan ilmu yang kemudian balas-membalaskan," jelasnya.

Eyang Didik juga mengingatkan akan konsekuensi dari karma, karena siapapun yang menabur pasti akan menuai.

2. Fajar Nugros menyoroti stigma perempuan yang mengikuti Bahu Laweyan

Fajar Nugros ingin menghancurkan stigma buruk perempuan di film terbarunya. (Dok. IDN Pictures)
Fajar Nugros ingin menghancurkan stigma buruk perempuan di film terbarunya. (Dok. IDN Pictures)

Sementara itu, sutradara Perempuan Pembawa Sial, Fajar Nugros melihat fenomena ini dari sudut pandang yang lebih realistis dan mengakar di kehidupan sehari-hari.

"Buat aku ya, stigma terhadap perempuan itu sampai hari ini masih ada banyak gitu," ujar Fajar. "Lihat kemarin di Sukabumi apa Cianjur ya, Agustusan lomba panjat pinang hadiahnya janda. Jadi perempuannya nunggu di atas gitu. Terus tadi malam saya baru makan sama Santi (produser) di Gading Serpong, keluar dari restoran saya ngelihat di depan ada sop janda."

Fajar mempertanyakan kenapa stigma ini berkembang dan tumbuh di benak masyarakat Indonesia. Karena itu, tujuannya menciptakan film Perempuan Pembawa Sial adalah untuk menantang stigma tersebut.

"Fenomena yang selalu menstigma perempuan itu yang kita coba angkat gitu dan kita jadikan sumber kegelisahan bahwa semua itu cuman stigma," jelasnya.

"Judul film ini kan juga sudah stigma, jadi semoga penonton bisa tertarik dan tidak menjauh gara gara stigma itu, tapi mencari tahu stigma apa sih yang di balik judul ini?" tutup Fajar.

Perempuan Pembawa Sial akan hadir di bioskop Indonesia mulai 18 September 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mecca Medina
EditorMecca Medina
Follow Us