10 Fakta Demon Slayer Infinity Castle Part 1, Chapter Baru Melawan Muzan!

- Anime Demon Slayer: Infinity Castle Part 1 adalah adaptasi langsung dari arc "Infinity Castle" dalam manga karya Koyoharu Gotouge.
- Film ini menjadi kelanjutan dari musim keempat anime dan membuka babak terakhir dalam perjuangan Demon Slayer Corps melawan kejahatan terbesar di dunia mereka.
- Demon Slayer Infinity Castle Part 1 mencetak sejarah di box office Jepang dengan pendapatan tertinggi, meskipun mendapat ulasan campuran dari kritikus profesional.
Anime Demon Slayer: Infinity Castle Part 1 menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta anime berkat aksi epik dan visual memukau yang disuguhkan. Bagian pertama dari arc penutup ini memperlihatkan pertarungan sengit para pembasmi iblis melawan para Upper Moon di markas Muzan Kibutsuji.
Dengan alur cerita yang makin intens dan emosi yang mendalam, banyak fakta menarik yang sayang untuk dilewatkan. Dalam artikel ini, kami akan mengulas 10 fakta seru seputar Infinity Castle Part 1 yang wajib diketahui oleh para penggemar. Yuk, simak selengkapnya dan temukan kejutan di balik tiap adegannya!
1. Adaptasi Langsung dari Arc Klimaks Manga

Demon Slayer Infinity Castle Part 1 merupakan adaptasi langsung dari arc “Infinity Castle” dalam manga karya Koyoharu Gotouge. Tidak seperti film kompilasi sebelumnya, bagian ini mengangkat cerita dengan format film penuh karena alur dan dramanya yang intens.
Arc ini menjadi salah satu titik klimaks penting dalam perjalanan Tanjiro dan rekan-rekannya melawan Raja Iblis Muzan. Infinity Castle menjadi latar tempat utama yang surreal, penuh ilusi dan teka-teki, memperlihatkan pertarungan hidup dan mati antara para Hashira dengan iblis Upper Rank.
Keputusan menjadikan arc ini sebagai trilogi film mencerminkan betapa kompleks dan pentingnya narasi ini. Disutradarai oleh Haruo Sotozaki dan diproduksi Ufotable, kualitas animasinya tetap konsisten memukau. Film ini menjadi kelanjutan dari musim keempat anime dan membuka babak terakhir dalam perjuangan Demon Slayer Corps melawan kejahatan terbesar di dunia mereka.
2. Film Pertama Berjudul Akaza Returns

Bagian pertama dari trilogi Demon Slayer Infinity Castle diberi judul Akaza Returns, menyoroti kembalinya Akaza, Upper Rank Tiga yang menjadi salah satu karakter paling kompleks dan tragis. Film ini memperlihatkan pertarungan sengit antara Akaza melawan Tanjiro dan Giyu Tomioka. Akaza bukan hanya kuat secara fisik, tapi juga secara emosional karena masa lalunya yang kelam.
Dalam pertarungan ini, Tanjiro berhasil memasuki “Transparent World” dan “Selfless State”, dua teknik tingkat tinggi yang menjadi kunci kemenangannya. Akaza akhirnya memilih untuk menghancurkan dirinya sendiri setelah mengingat cinta sejatinya, Koyuki.
Penutup pertempuran ini bukan hanya menegangkan, tapi juga menyentuh hati para penonton. Judul Akaza Returns bukan hanya soal kemunculannya kembali sebagai musuh, tapi juga tentang kemunculan sisi manusianya yang selama ini tersembunyi dalam bayang-bayang iblis.
3. Pertarungan Tragis Shinobu vs Doma

Salah satu momen paling menyayat dalam Demon Slayer Infinity Castle Part 1 adalah pertarungan antara Shinobu Kocho dan Doma, Upper Rank Dua yang membunuh kakaknya, Kanae.
Shinobu menggunakan racun dari 700 dosis wisteria untuk mencoba membunuh Doma, namun akhirnya tewas dan dimakan oleh sang iblis. Adegan ini memperlihatkan dedikasi Shinobu yang tak kenal takut demi menuntaskan dendam keluarganya. Kematian Shinobu menjadi pukulan emosional bagi penonton, namun juga menjadi pemicu bagi Kanao Tsuyuri untuk melanjutkan pertempuran tersebut. Momen kemunculan burung gagak yang mengumumkan kematian Shinobu semakin memperkuat dampaknya.
Perpaduan animasi halus, musik menyayat, dan penyutradaraan penuh emosi membuat pertarungan ini menjadi salah satu sorotan utama di Demon Slayer Infinity Castle Part 1, membuktikan bahwa film ini tidak hanya tentang aksi, tapi juga kehilangan dan pengorbanan.
4. Zenitsu Hadapi Kaigaku dan Wujudkan Bentuk Ketujuh

Zenitsu Agatsuma akhirnya menghadapi Kaigaku, mantan senior sekaligus pengkhianat yang kini menjadi Upper Rank Enam. Kaigaku telah menyebabkan kematian guru mereka, dan pertarungan ini menjadi momen klimaks bagi perkembangan karakter Zenitsu. Dalam Demon Slayer Infinity Castle Part 1, Zenitsu menciptakan bentuk ketujuh dari Teknik Napas Petir yang tidak ada sebelumnya, simbol kebangkitan dan keyakinan pada dirinya sendiri.
Dengan kekuatan dan tekad penuh, Zenitsu mengalahkan Kaigaku lalu pingsan, memperlihatkan pengorbanan fisik dan mental yang luar biasa. Dalam kondisi tidak sadar, ia melihat roh gurunya yang menyatakan kebanggaannya pada Zenitsu.
Momen ini menjadi salah satu transformasi paling memuaskan di sepanjang serial Demon Slayer, menunjukkan bahwa Zenitsu bukan lagi si pengecut, melainkan pejuang sejati yang sanggup mengalahkan iblis tingkat atas.
5. Visual dan Musik Tetap Memukau

Sebagai produksi Ufotable, Demon Slayer Infinity Castle Part 1 mempertahankan reputasinya dengan visual kelas dunia. Penggunaan efek 3D pada Infinity Castle dan koreografi pertarungan dibuat dengan sinematografi yang dinamis dan mendebarkan.
Warna-warna cerah, permainan cahaya, dan detail ekspresi karakter ditampilkan sempurna, mendukung ketegangan emosional cerita. Musik garapan Yuki Kajiura dan Go Shiina memperkuat atmosfer dengan komposisi yang megah dan menggugah. Lagu tema “Taiyō ga Noboranai Sekai” oleh Aimer dan “Zankoku no Yoru ni Kagayake” oleh LiSA mencerminkan suasana kelam sekaligus heroik dalam film.
Kualitas teknis ini menjadikan Demon Slayer Infinity Castle tak hanya tontonan, tapi juga pengalaman sinematik yang menyentuh dan mengesankan bagi semua kalangan penonton anime.
6. Penayangan Perdana Pecahkan Rekor Box Office Jepang

Demon Slayer Infinity Castle Part 1 mencetak sejarah di box office Jepang. Pada hari pertama penayangan, film ini meraih pendapatan sebesar ¥1.64 miliar (sekitar US$11.11 juta) dan mencatat 1,15 juta penonton, rekor tertinggi untuk pembukaan film di Jepang. Dalam tiga hari pertama, total pendapatan mencapai lebih dari ¥5.5 miliar (US$37.42 juta), dan dalam empat hari melampaui ¥7.3 miliar.
Dalam delapan hari, film ini sudah melampaui 10 miliar yen dan menjadi film tercepat yang mencapai angka tersebut di Jepang, mengalahkan rekor Mugen Train. Keberhasilan ini menunjukkan kekuatan daya tarik Demon Slayer Infinity Castle sebagai waralaba, sekaligus menjadi penanda kebangkitan industri film Jepang pasca pandemi. Meskipun beberapa kritik muncul, popularitas film ini di kalangan penonton tetap mendominasi.
7. Kritik Campuran dari Kritikus Profesional

Meski sukses besar secara komersial, Demon Slayer Infinity Castle Part 1 mendapat ulasan campuran dari kritikus. Richard Eisenbeis dari Anime News Network memberi nilai C+, memuji animasi dan intensitas emosional karakter, tapi mengkritik narasi yang lambat dan repetitif karena banyaknya kilas balik.
Sementara itu, Matt Schley dari The Japan Times menilai film ini setia pada manga dan visualnya memukau, namun merasa durasinya terlalu panjang dan kurang memberikan penutupan yang memuaskan.
Walau demikian, keduanya mengakui pentingnya film ini dalam budaya pop Jepang dan dampaknya dalam mendongkrak kembali industri bioskop nasional. Kritik ini menyoroti bahwa meskipun Demon Slayer Infinity Castle sangat kuat secara visual dan emosional, aspek penyuntingan naratif mungkin bisa lebih ditingkatkan agar pengalaman menonton menjadi lebih konsisten.
8. Perilisan Global Lewat Sony & Crunchyroll

Setelah tayang perdana di Jepang pada 18 Juli 2025, Demon Slayer Infinity Castle Part 1 mulai dirilis secara global oleh Sony Pictures Releasing melalui Crunchyroll. Film ini akan hadir di berbagai negara Asia mulai 12 Agustus, termasuk Indonesia pada 15 Agustus. Penayangan internasional meluas ke lebih dari 70 negara, mencakup Amerika Serikat, Inggris, Brasil, Spanyol, Jerman, hingga Timur Tengah dan Afrika.
Strategi perilisan ini menunjukkan ambisi besar Aniplex dan Ufotable dalam memperluas pasar global Demon Slayer. Distribusi yang luas memungkinkan para penggemar di seluruh dunia menikmati film ini secara serentak, memperkuat posisinya sebagai salah satu anime terbesar dekade ini. Kolaborasi dengan Sony dan Crunchyroll juga mempermudah akses penggemar luar Jepang terhadap film berkualitas bioskop seperti Demon Slayer Infinity Castle.
9. Trailer Resmi Pecahkan Rekor Penonton

Trailer utama Demon Slayer Infinity Castle Part 1 yang dirilis pada 28 Juni 2025 melalui siaran di Fuji TV mencetak rekor mengesankan, dengan lebih dari 40 juta penayangan dalam 24 jam pertama. Capaian ini menjadi bukti kuat betapa besarnya antusiasme publik terhadap kelanjutan saga Tanjiro dan kawan-kawan. Trailer tersebut menampilkan cuplikan intens dari pertarungan melawan Akaza, Doma, dan Kaigaku, serta memberi sekilas nuansa gelap dari setting Infinity Castle.
Visual sinematik, pengisi suara legendaris, dan latar musik yang kuat memperkuat daya tarik promosi film. Strategi marketing yang agresif, termasuk kolaborasi dengan Fuji TV dan media sosial, berhasil menciptakan buzz yang masif.
Fenomena ini menunjukkan bahwa Demon Slayer Infinity Castle bukan sekadar tontonan anime biasa, tetapi telah berkembang menjadi peristiwa budaya pop global yang dinantikan oleh jutaan penggemar.
10. Dukungan Suara dan Musik dari Nama Besar

Demon Slayer Infinity Castle Part 1 mempertemukan kembali deretan seiyuu top Jepang dan pengisi suara versi Inggris, seperti Natsuki Hanae (Tanjiro), Akira Ishida (Akaza), dan Erika Harlacher (Shinobu). Performanya penuh emosi, membawa kedalaman psikologis dalam tiap adegan.
Musik film kembali digarap oleh Yuki Kajiura dan Go Shiina, yang dikenal karena kemampuannya membangun atmosfer epik melalui orkestra dan vokal haunting. Dua lagu tema film juga menjadi sorotan, yaitu “Taiyō ga Noboranai Sekai” oleh Aimer dan “Zankoku no Yoru ni Kagayake” oleh LiSA, dua penyanyi papan atas yang sebelumnya juga terlibat dalam franchise ini.
Kolaborasi ini memastikan kualitas produksi tetap tinggi, sekaligus menyatukan elemen-elemen suara dan musik yang sangat ikonik dalam dunia Demon Slayer Infinity Castle, menjadikannya tidak hanya epik secara visual, tetapi juga emosional dan musikal.